Sebuah hidrokarbon aromatik adalah
hidrokarbon dengan ikatan tunggal dan atau ikatan ganda di antara atom-atom
karbonnya. Konfigurasi 6 atom karbon pada senyawa aromatik dikenal dengan
cincin benzena. Benzena tidak memberikan reaksi adisi seperti alkena, tetapi
biasanya reaksi substitusi. Dalam persamaan berikut suatu atom Br telah
menggantikan atom H dan cincin, sehingga dinamakan reaksi substitusi. Karena substitusi ini terjadi
pada cincin aromatik, reaksinya disebut suatu reaksi substitusi aromatik
Mekanisme dan
reaksi substitusi aromatik dimulai dengan serangan oleh elektrofil pada
elektron -pi dan cincin benzen, karena itu reaksi ini disebut reaksi
substitusi elektrofil. Benzena tersubstitusi adalah benzena yang terbentuk
dengan cara menggantikan
satu atau lebih atom hidrogen pada benzena dengan gugus fungsional lainnya. Macam-macam
benzena tersubstitusi antara lain: benzena monosubstitusi, disubstitusi,
polisubstitusi.
1. Benzena monosubstitusi
Merupakan benzena yang mengikat 1
substituen. Contoh:
Merupakan benzena yang mengikat 2
substituen. Contoh:
Merupakan benzena yang mengikat lebih dari
2 substituen. Contoh:
Bila reaksi
substitusi elektrofilik terjadi pada benzena monosubtituen,maka gugus yang baru
mungkin diarahkan ke posisi orto, atau meta, atau para. Hal ini disebabkan oleh
faktor pengarah orto, para, dan meta pada subtituen pertama benzena. Hal
lain yang harus diperhatikan pada rekasi subtitusi benzena tersubstitusi yaitu
apakah reaksi yang terjadi lebih cepat atau lebih lambat
daripada benzena.Hal tersebut juga ditentukan oleh gugus yang
terikat pada inti. Gugus-gugus yangmeningkatkan laju reaksi dinamakan gugus
aktivasi, sedangkan gugus-gugus yang memperlambat laju reaksi dinamakan gugus
deaktivasi.
Pengarah orto, para,
meta
Substituen
orto di dalam suatu cincin aromatik biasanya menghambat reaksi substitusi,
tergantung pada ukuran substituen tersebut. Sebagai contoh, perbandingan produk
orto : para dalam reaksi nitrasi alkilbenzena.
Hal
yang serupa, tetapan kecepatan reaksi metilasi piridin dengan metil iodida (reaksi
SN2) menurun dengan meningkatnya ukuran substituen 2-alkil:
Pada
serangan orto, para, salah satu muatan positif pada ion benzenonium
(intermediet), muatan positif berada pada karbon pembawa metil membentuk
karbokation 3̊ yang lebih stabil dari
pada 2̊ . pada serangan meta
hanya terbentuk karbokation 2̊ pada resonansi benzenonium. Oleh karena itu, gugus metil
adalah pengarah orto, para.
Pada
struktur resonansi intermediet untuk substitusi orto, para menghasilkan
intermediet dengan 2 muatan positif yang bersebelahan, menghasilkan struktur
yang sangat tidak diinginkan (tidak stabil). Pada posisi meta hanya
menghasilkan intermediet dengan 1 muatan positif yang lebih disukai.
Pada resonansi senyawa intermediet, salah satu muatan positif
terdelokalisasi pada karbon pembawa hidroksil. Pergeseran pasangan elektron
bebas dari oksigen ke karbon positif menyebabkan muatan positif terdelokalisasi
lebih jauh ke oksigen.
Permasalahan yang timbul
:
Substitusi
nukleofilik aromatik difasilitasi oleh adanya gugus nitro pada posisi para seperti
dalam senyawa 1-bromo-4-nitrobenzena (senyawa A). Akan tetapi, keberadaan
dua gugus metil dalam senyawa 5-bromo-1,3-dimethyl-2- nitrobenzene (senyawa B)
menyebabkan substitusi nukleofilik menjadi lebih lambat. Jelaskan kenapa
keberadaan gugus nitro pada posisi para dapat mempermudah substitusi
nukleofilik, dan keberadaan gugus metil pada posisi 1 dan 3 dalam senyawa B menyebabkan
substitusi nukleofilik menjadi lebih lambat.
DAFTAR
PUSTAKA
Firdaus.
2013. Modul
Pembelajaran Matakuliah Kimia Organik Fisik II.
Makassar: Universitas Hasanuddin Press.
Terima kasih atas penjelasannya
BalasHapusMenurut saya Mesomeri +M dari gugus nitro menyebabkan karbon di mana Br terikat menjadi bermuatan positif sehingga nukelofil lebih mudah menyerang pada posisi tersebut. Keberadaan kedua gugus metil pada posisi orto memberikan efek sterik sehingga gugus berputar untuk menghindari sterik dan menyebabkan orbital ikatan phi gugus N=O tidak sejajar dengan orbital ikatan phi cicncin benzena sehingga mesomeri gugus nitro tidak bisa berlangsung.
Semoga bermanfaat
Terimakasih penjelasannya tiur, sangat bermanfaat
BalasHapusBaiklah saya akan mencoba menjawab pertanyaannya
Mesomeri +M dari gugus nitro menyebabkan karbon di mana Br terikat menjadi bermuatan positif sehingga nukelofil lebih mudah menyerang pada posisi tersebut. Keberadaan kedua gugus metil pada posisi orto memberikan efek sterik sehingga gugus berputar untuk menghindari sterik dan menyebabkan orbital ikatan phi gugus N=O tidak sejajar dengan orbital ikatan phi cicncin benzena sehingga mesomeri gugus nitro tidak bisa berlangsung.
Terimakasih :)
Menurut sayang pada senyawa A gugus nitro membuat gugus Br menjadi positip dan lebih cepat untuk mengalami reaksi subtituai sementara gugus metil pada senyawa B membuat adanya halangan sterik dan putaran terhabar sampai ke Br sehinga subtitusi terjadi lebih lambat
BalasHapusTerimakasih tiur untuk materinya. Menurut saya Mesomeri +M dari gugus nitro menyebabkan karbon di mana Br terikat menjadi bermuatan positif sehingga nukelofil lebih mudah menyerang pada posisi tersebut. Keberadaan kedua gugus metil pada posisi orto memberikan efek sterik sehingga gugus berputar untuk menghindari sterik dan menyebabkan orbital ikatan phi gugus N=O tidak sejajar dengan orbital ikatan phi cicncin benzena sehingga mesomeri gugus nitro tidak bisa berlangsung.
BalasHapusmateri yang sangat menarik, Menurut saya Mesomeri +M dari gugus nitro menyebabkan karbon di mana Br terikat menjadi bermuatan positif sehingga nukelofil lebih mudah menyerang pada posisi tersebut. Keberadaan kedua gugus metil pada posisi orto memberikan efek sterik sehingga gugus berputar untuk menghindari sterik dan menyebabkan orbital ikatan phi gugus N=O tidak sejajar dengan orbital ikatan phi cicncin benzena sehingga mesomeri gugus nitro tidak bisa berlangsung.
BalasHapus