KEASAMAN DAN KEBASAAN SENYAWA ORGANIK
Banyak senyawa organik dan anorganik yang memiliki
sifat-sifat asam dan basa, dan menjalankan berbagai fungsi dalam reaksi. Pada mulanya
Boyle (1680) menggolongkan senyawa-senyawa ke dalam golongan asam dan basa
berdasarkankan sifat-sifat yang diperlihatkan dalam larutan berpelarut air. Kemudian
Lavoisier (1787) menyatakan bahwa sifat asam-basa senyawa ditentukan oleh
keberadaan atom tertentu (seperti oksigen) di dalam senyawa. Pada permulaan
abad ke sembilan belas, Davy (1814) menyatakan bahwa sifat-sifat keasaman
disertai oleh kombinasi kolompok atom-atom tertentu dalam senyawa, namun
pandangan ini masih terbatas dan tidak sempurna. Upaya pertama yang berhasil
mendefinisikan konsep asam-basa adalah teori ionisasi elektrolit Arrhenius (1884).
Menurut konsep ini, suatu zat yang dapat memberikan ion hidrogen digolongkan
sebagai asam dan yang dapat memberikan ion hidroksida digolongkan sebagai basa.
Pada teori ini juga masih ditemukan keterbatasan sebab ada senyawa yang
larutannya dalam pelarut air bersifat asam tapi tidak mempunyai kemampuan untuk
memberikan ion hidrogen, sebagai contoh adalah CO2. Konsep yang lebih umum
telah ditetapkan oleh Bronsted dan Lewis.
pH adalah
derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman yang dimiliki
oleh suatu larutan.
merupakan konsentrasi (molaritas) ion hidrogen (H+)
dalam larutan.
Nilai pH
bergantung dengan konsentrasi asam/basa dan tetapan disosiasi asam, Ka.
Tingkat keasaman suatu zat yang tidak bergantung dengan
konsentrasinya disebut pKa, semakin rendah nilai pKa zat tersebut semakin asam.
Sebaliknya pOH adalah derajat kebasaan yang digunakan untuk menyatakan tingkat
kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan.
Asam organik
adalah asam karboksilat atau asam yang terbentuk karena persenyawaan dengan
senyawa organik (misalnya hidrokarbon). Semua asam organik adalah asam lemah.
Contoh asam organik:
·
Asam asetat
(CH3COOH)
·
Asam benzoat
(C6H5COOH)
·
Asam format
(HCOOH)
Asam organik
atau asam karboksilat berdasarkan IUPAC dinamakan asam alkanoat. Rumus umumnya
adalah R-COOH. Penamaan diurutkan sebagai berikut. Asam + nama alkana R + oat.
R (alkil) adalah alkana yang kehilangan
satu atom H. Contoh penamaan asam organik adalah sebagai berikut :
a. HCOOH : asam metanoat
b. CH3COOH : asam etanoat
c. C2H5COOH : asam
propanoat
d. C3H7COOH : asam
butanoat
Penamaan lain
dari asam organik adalah dengan nama trivial,yaitu nama yang sudah umum
dipakai. Contoh :
a. HCOOH : asam formiat
b. CH3COOH : asam asetat
c. C2H5COOH : asam
propionat
Tatanama
senyawa yang disebutkan hanya berlaku untuk senyawa organik sederhana. Karena
begitu beragamnya senyawa organik.
Asam
Keras dan Basa Keras
Basa
lunak. Atom-atom donornya berelektronegativitas rendah
dan tinggi kemampuannya untuk terpolarisasi dan mudah untuk teroksidasi.
Menarik elektron valensinya dengan lemah.
Basa
keras. Atom-atom donornya berelektronegatif tinggi dan
rendah
kemampunya untuk terpolarisasi dan sulit untuk
teroksidasi. Menarik elektron valensinya dengan kuat.
Asam
lunak. Atom-atom penerimanya besar, muatan positifnya
rendah, mengandung elektron tak berpasangan (p atau d) pada kulit
valensinya. Tinggi kemampuannya untuk terpolarisasi dan rendah
elektronegativitasnya.
Asam
keras. Atom penerimanya kecil, muatan positifnya tinggi,
tidak mengandung elektron tak berpasangan pada kulit valensinya. Rendah kemampuannya
untuk terpolarisasi dan tinggi elektronegativitasnya.
Kekuatan
asam oksigen
Gugus
hidroksil adalah suatu gugus fungsi asam yang dipengaruhi dengan kuat oleh
substituennya. Keasaman alkohol begitu lemah untuk dapat dinilai terurai di dalam
air, tetapi keberadaan gugus-gugus seperti C=O atau SO2 di sampingnya
akan sangat
melemahkan ikatan O-H terhadap heterolisis (lihat perubahan nilai pKÉ‘
dalam Tabel 2.5).
Peristiwa ini biasa dinamakan dengan efek resonansi. Pergeseran
pasangan elektron
bebas oksigen yang diikuti dengan pergeseran elektron ikatan-
ke oksigen yang
lain dalam struktur resonansi 1 menghasilkan struktur resonansi 2.
Munculnya muatan positif pada atom oksigen dalam struktur 2 akan
melemahkan
ikatan O-H, dan pelepasan H+ akan menghilangkan
muatan tersebut.
Resonansi
juga dapat menstabilkan suatu basa konjugasi yang dihasilkan
dalam peruraian
asam sehingga asam tersebut mempunyai sifat keasaman yang
lebih tinggi
daripada yang diharapkan. Sebagai contoh dimana keasaman asam karboksilat (3)
jauh lebih tinggi dibanding dengan keasaman alkohol primer (6). Ion RCOO-
(4 dan 5) distabilkan oleh resonansi yang tidak tersedia pada ion
RCH2O- (7). Perlu dicatat bahwa kestabilan ion RCOO- bukan hanya karena
bentuk struktur-struktur resonansinya yang ekuivalen tetapi juga karena muatan
negatifnya tersebar pada kedua atom oksigen sehingga muatan lebih tidak
terkonsentrasi dibanding dengan muatan negatif yang ada pada RCH2O-.
Efek yang sama ditemukan
pula pada senyawa lain yang mengandung gugus C=O
atau C≡N. Oleh
karena itu, amida RCONH2 lebih asam daripada amina RCH2NH2,
ester RCH2COOR’
lebih asam daripada eter RCH2CH2OR’, dan keton RCH2COR’
lebih asam
daripada alkana RCH2CH2R’.
Kekuatan
nitrogen terhadap kebasaan
Amina dan ion
amonium berfungsi sebagai pasangan asam-basa di dalam
kebanyakan
reaksi:
Amina alifatik
mempunyai pKÉ‘ 9 – 10 yang tidak sensitif terhadap struktur.
Urutan
kebasaan yang
dapat diharapkan sebagai efek pendorongan elektron gugus alkil
adalah:
Efek resonansi
juga menjadi penting di dalam amina aromatik. Senyawa mnitroanilin
adalah basa yang
lebih lemah daripada anilin. Fakta ini dapat dijelaskan
dengan
menggunakan efek –I gugus nitro. Akan tetapi, p-nitroanilin (13)
adalah
basa yang jauh
lebih lemah lagi daripada anilin; padahal dari segi efek –I,
seharusnya lebih
kecil dampaknya karena jarak gugus –I lebih jauh dari pusat basa. Akan
tetapi, dengan adanya kontribusi struktur resonansi 14 maka fakta
tersebut
menjadi lebih
rasional.
DAFTAR PUSTAKA
Firdaus. 2013. Modul Pembelajaran Matakuliah Kimia Organik
Fisik II. Makassar : Universitas Hasanuddin Press.
Oxtoby, D.
W., H. P. Gillis dan N. H. Nachtrieb. 2001. Prinsip-Prinsip Kimia Modern Edisi Kempat Jilid I. Jakarta:
Erlangga.
Permasalahan yang timbul :
Ada faktor lain
yang biasanya juga sangat berpengaruh pada sifat keasaman yaitu adanya efek
medan. Apa perbedaan keasaman antara asam asetat (8) dengan asam nitroasetat
(9) yang berpengaruh pada efek medan?
hay tiur
BalasHapusterimakasih atas penjelasannya
sangat bermanfaat
saya akan mencoba menjawab pertanyaan diatas
asam asetat dan asam nitro asetat struktur molekulnya hanya berbeda pada substitusi NO2 pada asam nitroasetat dan H pada asam asetat. NO2 dapat menarik elektron dari COO- sehingga derajat keasaman nitroasetat lebih besar. akibat dari penarikan elektron dari muatan negatif ini adalah suatu efek penstabilan karena menyebarkan muatan sehingga kerapatannya menurun.
demikian .
Terimakasih atas penjelasan yang saudari sampaikan, sangat bermanfaat
BalasHapusbaiklah disini saya akan mencoba menjawab pertanyaan yang diajukan
menurut saya kedua struktur molekul asam asetat dan asam dinitroasetat hanya berbeda pada substitusi NO2 terhadap H. gugus NO2 adalah gugus penarik elektron yang lebih kuat sehingga derajat keasaman nitroasetat lebih tinggi, dan penarikan elektron adalah suatu efek penstabil yang menyebarkan muatan hingga kerapatannya menurun
terimakasih :)
terimasih atas penjelasan yang sangat bermanfaat ini Tiur
BalasHapussaya akan membantu untuk menjawab
menurut saya kedua struktur asam asetat dan asam dinitroasetat berbeda hanya pada substitusi NO2 terhadap H. dimana gugus NH2 adalah gugus penarik elektron yang lebih kuat sehingga derajat keasamannya lebih kuat
materi yang sangat menarik, saya akan mencoba menjawab dimana dengan adanya efek medan maka akan mudah suatu senyawa untuk menarik elektron diamana hal ini terjadi pada asam asetat.
BalasHapusMenurut saya, karena adanya gugus penarik elektron yaitu efek penstabil yang menyebarkan muatan sehingga kerapatannya menurun dan menyebabkan derajat keasaman nitroasetat lebih tinggi.
BalasHapus